Kupang, 26 April 2025 – Melanjutkan kunjungan kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengunjungi situs warisan budaya Situs Gua Jepang Bukit Futusuba yang berlokasi sekitar 8 kilometer dari Bandar Udara El Tari, Kupang. Dalam kunjungan kerja ini Menteri Kebudayaan didamping oleh Wakil Gubernur NTT, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, beserta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dan Dinas Kebudayaan setempat.
Situs Gua Jepang Bukit Futusuba merupakan salah satu situs sejarah bukti pendudukan Jepang saat Perang Dunia II di daratan Timor, tepatnya terletak di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. Setidaknya terdapat 16 gua yang dibangun sekitar tahun 1942 saat Jepang menguasai Pulau Timor Barat. Gua ini dijadikan sebagai gudang senjata mesin, mortir, amunisi, dan minyak kendaraan tempur.
Menbud Fadli Zon menyampaikan bahwa diperlukan penelitian mendalam mengenai situs ini dan dapat ditetapkan sebagai cagar budaya. “Gua Jepang ini perlu penelitian lebih lanjut agar kita bisa mengetahui apa yang terjadi, karena wilayah ini termasuk wilayah Pasifik, daerah perang dunia kedua. Ini peristiwa yang cukup besar karena menggambarkan perang yang besar. Peta Indonesia tersaji cukup banyak di peta-peta saat itu,” jelas Menbud menggambarkan kondisi perang saat itu.
Lebih lanjut Menbud Fadli Zon mengarahkan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI yang mencakup wilayah kerja Nusa Tenggara Timur untuk melakukan kajian pengajuan penetapan sebagai cagar budaya tingkat Kabupaten, dan selanjutnya menuju cagar budaya tingkat Nasional. Selain itu juga diperlukan penguatan struktur gua dalam rangka pelestariannya. “Perlu banyak kerja sama dengan banyak pihak untuk menjaga agar tembok atau atap tidak roboh,” tambahnya.
“Kemenbud punya MoU dengan Jepang, terutama mengenai repatriasi kerangka-kerangka tentara Jepang. Kali ini mungkin kita bisa minta pihak Jepang agar membantu merevitalisasinya,” ungkap Menbud.
Sejalan dengan pernyataan Menbud, Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT akan bekerja sama dengan BPK Wilayah XVI untuk mewujudkan revitalisasi situs ini.
Pentingnya Membangun Kerja Sama dan Peningkatan Kapasitas
Menindaklanjuti kunjungan lapangan, Menbud Fadli Zon melangsungkan diskusi dengan segenap jajaran Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur (NTT) bertempat di Kantor BPK XVI.
Dalam kesempatan tersebut, Menbud mendengarkan paparan yang disampaikan oleh Kepala BPK XVI, Haris Budiharto, mengenai kinerja pelestarian cagar budaya yang telah dilaksanakan sebanyak 41 cagar budaya dan warisan budaya takbenda sebanyak 37 di lingkup wilayah kerja yang meliputi 22 kabupaten/kota.
“Tantangan utama yang disoroti adalah pentingnya mendorong partisipasi aktif masyarakat dan komunitas dalam mendaftarkan kekayaan budayanya ke dalam Data Pokok Kebudayaan (Dapobud), ujar Haris.
Menbud Fadli menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam pengelolaan kebudayaan. “Harus lebih holistik, NTT memiliki potensi yang besar. Kami akan mendorong kerja sama dengan Kemendagri agar pemajuan kebudayaan cepat tumbuh di daerah masing-masing,” ujarnya.
Selain itu, Menbud juga menyoroti pentingnya riset untuk mendukung diplomasi budaya, seperti pengkajian terhadap Gua Jepang yang baru saja dikunjungi “Tadi kita melihat Gua Jepang. Kita akan melihat kajiannya seperti apa. Kemudian kita akan meminta bantuan Jepang berdasarkan kajian tersebut,” tambahnya. Selain itu juga dikemukakan rencana pengembalian patung penenun kuno dari abad ke-6 yang kini berada di National Gallery of Australia.
Di sektor pengembangan budaya kontemporer, Menbud mendorong pemanfaatan Dana Indonesiana, khususnya untuk mendukung festival budaya seperti di Adonara dalam kunjungan sebelumnya. Sehingga berbagai sektor kebudayan termasuk film dan musik di daerah dapat memiliki keberlanjutan melalui kalender budaya tahunan.
Menbud juga menggarisbawahi pentingnya membangun rasa percaya diri di kalangan pegawai BPK XVI bahwa kebudayaan kini harus berada di garis depan. “Perlu juga memperkuat peran Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di NTT. Menteri meminta agar pemetaan TACB di NTT segera dilakukan, termasuk membuka peluang pelatihan di Jakarta atau mendatangkan asesor ke Kupang, guna memperkuat kapasitas pelestarian budaya di daerah,” sambungnya.
Menutup diskusi, Menbud menyampaikan harapan agar BPK dapat memberikan dampak signifikan terhadap pelestarian budaya di NTT karena banyak pihak yang telah menaruh harapan, mulai dari seniman hingga budayawan. “Bukan hanya untuk merawat masa lalu, tapi untuk menata masa depan,” pesan Menbud Fadli Zon.